MEMPERERAT SILATURAHIM SAAT PANDEMI CORONA

Daftar isi [Buka]
Mempererat silaturahim


A. Korelasi Puasa Dengan Silaturahim

Tak terasa sebulan sudah umat Islam menjalankan perintah wajib ibadah puasa selama bulan Ramadhan 1441 H. Berdasarkan Sidang Itsbat Kementerian Agama RI, telah di tetapkan bahwa 1 Syawwal 1441 H jatuh pada hari Ahad yg bertepatan dengan tanggal 24 Mei 2020. Sebagai tahapan akhir dari ibadah Ramadhan adalah disempurnakannya dengan mengeluarkan zakat fithrah dan berhari raya idul fitri. 

Esensi dari Idul Fitri di bulan Syawwal ini adalah semangat saling memaafkan, kerelaan hati untuk mengakui kesalahan untuk kemudian membuka diri untuk saling memberi dan menerima. Sikap saling memaafkan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan ibadah puasa. Ibadah puasa mempunyai tujuan penciptaan pribadi yang taqwa, sementara sifat pemaaf mendekatkan pada ke-taqwaan, sebagaimana firman-Nya: 

وَأَن تَعْفُوٓا۟ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۚ وَلَا تَنسَوُا۟ ٱلْفَضْلَ بَيْنَكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Dan permaafan kamu itu lebih dekat pada taqwa, dan jangan- lah kau lupakan keutamaan antara kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui atas apa yang kamu lakukan”. (QS. Al-Baqarah [2] : 237)

Dengan demikian, kesempurnaan fitrah yang kita harapkan ini adalah dengan saling memberikan maaf antar sesama, sebesar apa pun dosa itu. 

Penghapusan dosa kepada Allah jauh lebih mudah dari pada dosa kepada manusia. Hal ini karena manusia mempunyai ke- cenderungan untuk tidak berbuat baik, akibat nafsunya. Untuk itu, melalui momentum ‘Idul Fitri, kita buka pintu maaf seluas-luasnya, kepada siapapun, dengan tanpa syarat apapun.

B. Manusia Tak Luput Dari Salah

Idul Fithry

Dalam kehidupan rumah tangga pasti tidak selamanya baik-baik saja. Pasti ada dinamika. Dalam interaksi dan komunikasi antara anggota keluarga, bisa jadi ada kesalahpahaman yang menimbulkan perselisihan dan pertentangan, bahkan pertengkaran. Ada kenakalan anak yang tidak mematuhi perintah orang tua. Ada perselisihan antara kakak dan adik yang memicu pertengkaran. Ada orang tua yang tidak memberi teladan yang baik pada anaknya. Ada anak yang kurang menghormati dan menghargai orang tua. Ada istri yang tidak taat dan berkata kasar pada suami. Ada juga suami yang tidak memenuhi tanggung jawab pada istri dan anak-anaknya. Ada istri yang merasa kurang diperhatikan. Ada suami yang merasa kerjanya kurang dihargai, dan masalah-masalah lain, yang jika tidak dikelola secara baik bisa menimbulkan masalah dan dosa. Terlebih saat wabah covid-19 ini, ketika interaksi fisik lebih dari hari-hari biasa dengan banyaknya aktifitas kita yang berpusat di rumah. Kesalahpahaman bisa saja terjadi. Ini adalah manusiawi. Karena pada hakekatnya setiap kita sebagai manusia tercipta memiliki potensi salah. Tetapi, sebaik-baik orang yang pernah salah adalah yang bersedia meminta maaf dan mengakui kesalahan. Hadis Nabi:

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ

Semua keturunan Adam pernah berbuat salah. Dan sebaik- baik orang yang berbuat salah adalah orang yang bertaubat

Untuk itu, mari, di momentum Idul fitri hari ini, kita saling membuka diri untuk saling memaafkan. Kesiapan kita untuk introspeksi diri, saling menerima kelebihan dan kekurangan, berkomitmen untuk terus belajar lebih baik adalah pelajaran berharga.

C. Hakikat Silaturahim

Idul fithry

Bulan Syawal menjadi ajang silaturahmi, meneguhkan hubungan kekerabatan. Salah satu instrumen yang sangat penting dalam hubungan antar sesama manusia (hablum minannas) adalah silaturahmi. Nabi SAW. bersabda :

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَه

Dari Anas ra. Ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang ingin rizqinya diperluas dan umurnya ditambah, maka hendaklah ia silaturrahim (menyambung tali kekerabatan).” (Muttafaq alaih).

Silaturrahim hakekatnya adalah menyambung tali persaudaran terhadap saudara yang memutusnya. Dalam suasana pandemi covid-19 yang mana sebagian wilayah, terkhusus kota-kota besar seperti Ibu Kota Jakarta, sebagai daerah tujuan tumpuan hidup para perantau, yang mana saat ini masih menerapkan Pembatasan Sosial Bersakala Besar (PSBB), tentu menjadi alasan tersendiri, lebaran tahun ini tak bisa seperti tahun-tahun sebelumnya, yakni tak bisa mudik untuk berkumpul dengan keluarga di kampungnya. Maka dalam suasana seperti ini, makna silaturahmi perlu dijabarkan lebih luas, yakni tak terbatas pada pertemun fisik. Dalam hal ini pula "kualitas keimanan seseorang tak diukur dari adanya silaturahim/ pertemuan langsung, namun yang terpenting adalah tetap menyatunya jalinan hati antar sesama".

Silaturrahim tidak mesti harus bertemu secara fisik. Kita bisa memanfaatkan media digital untuk mempererat persaudaraan dan silaturrahim. Bisa melalui telpon, videocall, dan sarana komunikasi lainnya. 

Wabah Covid-19 bisa jadi membatasi pertemuan fisik dengan sanak saudara, tetapi tidak menghalangi silaturrahim. Kita bertemu karena Allah dan berpisah pun karena Allah. Bagi saudara-saudara kita yang tidak mudik, tidak bertemunya secara fisik dengan orang tua atau orang-orang yang dihormati itu dicatat sebagai ibadah, jika niat kita karena Allah, yakni untuk menjaga kesehatan dan keselamatan. 

"Salah satu di antara delapan golongan yang diberi naungan Allah SWT adalah dua orang yang saling mengasihi karena Allah, bertemu karena Allah dan berpisah pun karena Allah SWT."

D. Hakikat Ujian

Wabah COVID-19 yang kita alami di tahun ini merupakan ujian dari Allah SWT, ujian kesabaran dan juga komitmen ketakwaan kepada Allah. Tidak ada satu musibahpun yang terjadi tanpa seizin Allah

مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۗ وَمَن يُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُۥ ۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ

"Tiada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu". (QS. al-Taghabun [64]: 11)

Kita wajib melakukan ikhtiar mencegah terjadinya penularan wabah COVID-19. Kita wajib menjaga kesehatan dan menjauhi setiap hal yang dapat menyebabkan terpapar penyakit, karena hal itu merupakan bagian dari menjaga tujuan pokok beragama (al-Dharuriyat al-Khams). Dan kita tidak boleh menjerumuskan diri ke dalam kebinasaan.

E. Mari Muhasabah Diri

Akhir kata, perlu kita sejenak merefleksikan diri; sudahkah kita siap untuk senantiasa siap mengakui kesalahan dan terbuka untuk meminta maaf dan memberi maaf sekalipun tidak diminta? Sudahkan kita berinisiasi untuk menjalin tali kekerabatan, sungguh-pun terhadap orang yang menyakiti dan memutuskan kekerabatan dengan kita? Sudahkah kita berkontribusi secara aktif dalam menjaga kesehatan dan mencegah penyebaran wabah COVID-19 agar tidak meluas di masyarakat? 

Semoga kita termasuk orang-orang yang muttaqin...

Seganap keluarga besar SMK ISTEK Tegal
Mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fithry. Mohon maaf lahir dan batin





Ditulis Oleh : Sodikin Sc | My Haka Blog

Terima kasih Anda telah membaca artikel yang berjudul MEMPERERAT SILATURAHIM SAAT PANDEMI CORONA, Semoga artikel ini dapat bermanfaat dan berguna untuk Anda. Kritik dan saran silahkan kirim melalui kotak komentar di bawah ini. Jangan lupa share jika dirasa bermanfaat ....

:: Thank you for visiting ! ::

Tampilkan Komentar
Sembunyikan Komentar

6 Responses to "MEMPERERAT SILATURAHIM SAAT PANDEMI CORONA"

  1. Mohon maaf lahir dan bathin 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama2 mastah mhn maaf lahir bathin .... Sukses sll buat mastah

      Delete
  2. Mohon maaf lahir dan bathin bapake....maaf kalo saya suka bercanda dan merepotkan bapake

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih atas kunjungannya mamake super ... Sehat sll yah mamake

      Delete
  3. Trimakasih bapake....doa yg sama juga tuk bapake

    ReplyDelete
Budayakan komentar yang santun yah Gaes

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2